Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2007

Tak Harus Menyerah

Maaf terendap senyap. Dendam berkarat meracun jiwa hampa menyapa. Kering daun diterpa angin saat rasa ingin menyerah. Jiwa menghentak. Tembok itu telah bertumbuh lumut, menutup semua niat untuk menyentuh. Peluh tak mampu peluk. Tembok itu menanti roboh. Lumut menggenggam angkara. Pelan menuju kematian. Nyanyian kembang setaman, tangis kawanan lebah mendengung pelan. Sesaat menghilang... Akhir sebuah cerita tak harus dengan tawa atau airmata, sejatinya semua tak pernah usai. Hanya lakon berganti. Tinggal Sang Dalang berkehendak memainkan peran. SintesaFiles, 20 Agustus 2007

Sebuah Refleksi Kemerdekaan

Apakah kita sudah merdeka? Hari ini, enam puluh dua tahun sudah usia Republik ini, usia yang sudah cukup tua jika perbandingannya adalah umur manusia. Namun, apakah kita sudah merdeka? Secara yuridis, negara kita memang sudah merdeka, tetapi kemerdekaan ternyata belum digenggam oleh semua anak bangsa pelosok nusantara ini. Lihatlah anak-anak Papua yang berdiri bertelanjang dada dengan perut membuncit, ribuan pengungsi bergeleparan di pasar Porong yang terancam harus segera meninggalkan lokasi penampungan entah kemana setelah kampung halamannya ditelan semburan lumpur yang tak mengenal iba, kampung-kampung kumuh bantaran kali atau di belakang apartemen mewah ibukota menjadi potret nyata dibalik gemerlap hedonisme kota. Ribuan perempuan tangguh negeri ini memilih mencari segenggam mimpi di negeri tetangga, tak jarang mereka pulang tinggal nama, penuh luka, berbadan dua, depresi atau schizophrenia . Generasi penerus bangsa semakin termarjinalkan ketika sekolah menuntut biaya setinggi

Refleksi Tragedi IPDN (Lagi........!!!)

Jejak Kekerasan Calon Pemimpin Masa Depan Mengapa berita yang tersiar dari kampus megah di bumi Jatinangor selalu membuat miris? Berita duka menghampiri kita bertubi-tubi, kematian praja yang sudah menjadi kesekian kali, praja yang dirawat di rumah sakit karena "ketidaksengajaan" pengasuh dalam memberi hukuman, kasus narkoba, terakhir perkelahian massal yang membawa kematian Wendy Budiman, seorang warga Jatinangor. Kata apa yang pas untuk semua itu? Miris, ironis, menyedihkan! Anggaran ratusan milyar yang diguyurkan dari kantong kering rakyat dengan harapan menjulang telah terberangus oleh sistem pendidikan yang menyedihkan. Bagaimana tidak? Lihat saja para calon siswa terpilih namun sistem pendidikan telah mengubah mereka menjadi manusia yang seringkali lebih memilih otot dalam penyelesaian permasalahan. Apakah nantinya rakyat juga dilayani dengan otot bukan otak. Bagaimana nantinya para pamong praja jika pendidikan yang diberikan dipenuhi kekerasan, senioritas dan kekuasa