Postingan

Menampilkan postingan dari 2008

Sketsa Sindoro-Sumbing

Aku berada dihamparan lukisan indah dalam kanvas keabadian sang Pencipta. Kabut tiba-tiba datang diantara percintaanku dengan Sindoro - Sumbing. Menutup wajah yang telah bertopeng. Apakah aku masih mengenalmu? Engkau menyapaku melalui desau angin yang keras memanggil. Kupalingkan wajahku, namun yang kutemui topeng itu lagi. Kuputar bola mataku, dan kucari-cari dirimu. Yang terdengar hanya suara itu, sesaat datang dan menghilang. Tak lagi kutemui dirimu disana. Topeng itu telah menutupmu. Memisahkanmu dariku. Yang kulihat hanyalah hamparan tembakau yang menjanjikan rupiah dalam panen bulan Agustus nanti. Pak Tani tersenyum puas melihat bakal panen melimpah. Menunggu tengkulak datang dan berhitung keuntungan. Terbayang motor baru impian dalam genggaman. Belum hilang senyum mengembang, menghisap rokok bercampur kemenyan. Kulihat anak kecil menengadahkan wajah yang memerah. Dihadapannya setumpuk kayu bakar selesai dibelah. Tangannya menggenggam lintingan yang telah dibakar. Asap mengep

KOPITARIUS

Aku adalah orang yang keras hati, tapi tak semua orang mau mengerti! Itulah bukti keegoisan hatiku! Satu hal yang sering kurenungkan dalam hati, bahwa ternyata tak semua orang berpikiran sama denganku. Inilah individual differences ! Sulit belajar memaklumi keterbatasan orang lain sekaligus menyadari kekurangan diri sendiri. Apakah selama ini aku masih terlalu berkutat dengan keakuan-ku? Kalau aku disebut orang yang keras hati, mungkin benar demikian adanya, setidaknya bagi sebagian orang yang berada dilingkungan dekatku kurasa akan mengangguk setuju. Sulit meluluhkan hatiku tanpa melalui adu kekuatan argumentasi. Hingga tadi pagi, ada dua orang itu mengungkapkan kalimat yang sama padaku, “Kamu harus meninggalkannya! Kamu harus menjauhinya!” Gubrak!!! Dunia serasa berhenti berputar membawa detik berhenti, langit terasa semakin dekat diatas kepalaku, perlahan namun pasti akan runtuh dan menguburku dalam puing-puing retak sebagai arwah penasaran yang akan menggerayangi mimpi-mimpi mala

Berita dari Bontang (2)

Seminggu pertama dalam hutan ini telah terlewati, hidup di belantara Kalimantan dengan berbagai fasilitas yang tersedia untuk meredam segala kepenatan dan kebosanan. Dua hari pertama, aku tinggal sendiri dalam rumah yang diperuntukkan bagi staf perempuan, ternyata aku datang pada saat yang kurang tepat karena setiap akhir pekan mereka turun ke kota, pulang ke tempat sanak saudara atau sahabat di daerah sekitar Bontang dan Samarinda. Alhasil, jadilah aku penghuni satu-satunya di rumah kayu itu. Untung ada laptop dan ponsel, yang menyelamatkanku dari rasa sepi. Urusan tagihan telpon bulan depan yang pasti akan melonjak tak kupikirkan dulu sekarang ini. Gedebak-gedebuk suara monyet yang berlarian diatap rumah menemani sepiku. Berbagai fasilitas yang disediakan bagi seluruh penghuni kompleks ini terbilang lumayan, ada kantin yang menyediakan makan-minum dari breakfast, lunch hingga dinner, lapangan bulutangkis, fasilitas fitness, hingga jaringan wi-fi yang sayangnnya aku gak bisa akses kar

Berita dari Bontang (1)

Pagi yang basah menyambutku di Balikpapan, penerbangan dari Jakarta terasa cukup menyenangkan, lamunanku terbang seiring perjalanan diatas awan. Pesawat GIA-510, aku berada di nomor kursi 16F, membuat mataku bebas terbang berjuang melawan paranoid-ku atas ketinggian. Pukul 9.20 saat aku tiba di Balikpapan pagi itu. Perjalanan dilanjutkan menggunakan mobil Kijang Innova, menembus hutan Kalimantan menuju Bontang, kota yang menjadi tujuan perjalananku ini. Berbagai agenda personal yang dibawa teman seperjalanan membuat laju kendaraan tersendat, dan harus berhenti di beberapa tempat, dari pada doing nothing, aku sempat mampir di Sport Station, lumayanlah ada snakers vintage yang pas di kantong karena sepatu boot kesayanganku tertinggal di Jakarta. Melewati Bukit Suharto, menyeberangi Sungai Mahakam yang disampingnya sedang dibangun sebuah masjid yang luar biasa indah dimataku, deretan container di pinggiran dermaga, melintasi kebun raya Samarinda, dilanjutkan menembus hutan Gunung Simenang
Just a little bit pressure on this month......wish me luck to walk into new sphere Only me...n finally, its all depend on myself. If I'm afraid, i could run away but where's my responsibility? I just say, I CAN DO IT!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Hingga Tiba Saatnya

Tenggelam dalam rengkuhan sang bulan Senja bergerak mengayunkan malam Jelang fajar datang, embun menetes perlahan Meresap masuk dalam celah-celah bongkahan tanah retak Memberikan kesejukan pada dahaga yang tak kunjung hilang Mentari tersenyum menyambut Berjalan menemani langkah Hingga tiba saatnya senja datang Kembali mentari terbang Akankah kembali pulang?

Legundi

Gambar
Noktah hitam itu hampir tak terlihat dalam peta negeriku tercinta. Meski tak terlalu jauh jaraknya dari mereka yang mengaku sebagai pengemban peradaban dunia. Atau mungkin aku yang telah buta sekaligus tuli terkubur dalam tembok tinggi, tertimbun buku-buku tebal dan jurnal-jurnal yang serasa makin meracuniku dengan nafsu bertopengkan ilmu. Jarak sepelemparan batu dalam langkah-langkah hidupku, kutemukan teritori itu, hitam, keras dan panas. Sepenggal tanya merasuk dalam kepalaku, apakah ini sebuah episode hidup lain dari antah berantah yang biasa kubaca dalam artikel-artikel dunia maya? Senja itu datang, bergelayut muram dihadapanku. Bayang-bayang muram tersaji didepan mataku. Petak-petak kecil itu mengaku sebagai pintu penjemput untuk memasuki gerbang hidup kekal. Seperti anak kecil yang berbaris rapi, berderet menunggu pengadilan sejati. Lansekap hitam masuk, berjejalan, merasuk, berebut pijak dalam kornea mataku. Permadani hitam terhampar, sebatang pohon kecil berjuang untuk tumbuh

Sabang: Romantisme di Ujung Barat Indonesia

……berlayarlah di atasnya; berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil yang menggerak-gerakkan bunga-bunga padma; berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya..... (Sapardi Djoko Damono) Bait diatas merupakan ungkapan kata yang menggambarkan perjalanan melintasi lautan menuju Sabang, sebuah kota terbesar di Pulau Weh. Pulau Weh merupakan pulau kecil di Laut Andaman, tepatnya arah barat laut pulau Sumatera. Pulau vulkanik aktif ini awalnya merupakan kesatuan dengan pulau Sumatera, namun akhirnya terpisah setelah erupsi terakhir pada zaman Plelistocene . Pulau Weh terkenal dengan keunikan ekosistemnya sehingga pada tahun 1982 ditetapkan sebagai salah satu kawasan cagar alam. Beberapa populasi khas daerah ini adalah hiu megamouth (mulut besar) dan katak Bufo valhallae yang terancam punah. Pulau ini secara geografis memiliki kontur bergunung-gunung, dengan luas wilayah 6000 hektar yang terdiri dari 3400 hektar daratan dan 2600 hektar lautan. Terdapat empat gugus kepulauan kecil yang mengelili

Selamat Tahun Baru 2008

Selamat Tahun Baru 2008 Temukan kepingan-kepingan mozaik itu dan rangkaikanlah dengan mozaik-mozaik yang telah ada dalam genggamanmu. Pastikan bahagia akan tercipta, karena bahagia itu selalu hadir dalam hatimu dan menemani setiap pijak langkamu. Selamat Tahun Baru, Embun!!!!