Berita dari Bontang (1)

Pagi yang basah menyambutku di Balikpapan, penerbangan dari Jakarta terasa cukup menyenangkan, lamunanku terbang seiring perjalanan diatas awan. Pesawat GIA-510, aku berada di nomor kursi 16F, membuat mataku bebas terbang berjuang melawan paranoid-ku atas ketinggian. Pukul 9.20 saat aku tiba di Balikpapan pagi itu. Perjalanan dilanjutkan menggunakan mobil Kijang Innova, menembus hutan Kalimantan menuju Bontang, kota yang menjadi tujuan perjalananku ini. Berbagai agenda personal yang dibawa teman seperjalanan membuat laju kendaraan tersendat, dan harus berhenti di beberapa tempat, dari pada doing nothing, aku sempat mampir di Sport Station, lumayanlah ada snakers vintage yang pas di kantong karena sepatu boot kesayanganku tertinggal di Jakarta.

Melewati Bukit Suharto, menyeberangi Sungai Mahakam yang disampingnya sedang dibangun sebuah masjid yang luar biasa indah dimataku, deretan container di pinggiran dermaga, melintasi kebun raya Samarinda, dilanjutkan menembus hutan Gunung Simenangis, rasa kantuk dan suara kaset yang diputar sepanjang perjalanan membuatku ingin memejamkan mata meskipun sebenarnya aku ingin sekali menikmati perjalanan ini. Mana hutan tropis Kalimantan yang menjadi jantung oksigen dunia itu? Dari kejauhan kulihat blok-blok coklat pembukaan lahan, entah oleh petani, industri atau pelaku illegal logging, sementara di sepanjang perjalanan sering sekali bertemu dengan kendaraan-kendaraan berat yang entah dari mana.

Perjalanan tersendat, hingga malam telah datang saat aku tiba di kota Bontang, sebuah kota kecil dengan lalu lalang berbagai kendaraan Eropa dan Amerika. Pagi harinya baru kusadari jarang sekali terdapat angkutan umum di kota ini, sepertinya penduduk kota ini begitu makmur dengan limpahan hasil alam didalamnya. Benarkah demikian? Atau hanya asumsiku semata dari first impression? Aku belum tahu. Perjalanan terasa sangat melelahkan, punggungku terasa pegal memanggul back-pack berisi laptop dan berkas-berkas agenda kegiatanku. Perjalanan jauh yang kulakukan sendiri, bermodalkan nekat dan semangat. Kita adalah apa yang kita pikirkan. Terngiang juga kata-kata Arai, "Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu". Aku telah membuktikannya. Namun mimpi tanpa usaha, perjuangan, pengorbanan dan keberuntungan adalah omong kosong. Aku menginap sehari dua malam di hotel kecil di kota Bontang, sebuah hotel yang bersih dan cukup nyaman, meski kotanya sendiri terasa kering dan muram. Sedikit berputar di kota ini saat mencari Kapurung untuk makan siang. Kapurung merupakan masakan khas Paloppo, yang terbuat dari campuran ikan, sagu dan sayuran, lumayan enak dan terasa sangat mengenyangkan. Porsinya terlalu besar buat mengisi lambungku. Kembali ke hotel, aku menyiapkan agenda kegiatan yang terpaksa harus bergeser. Aku tidak bisa mengontrol faktor-faktor eksternal yang menghadangku di lapangan.

Keesokan harinya, rasa penatku sudah jauh berkurang. Badan terasa lebih segar, pemberitahuan selalu datang dalam hitungan menit ke menit. Aku harus segera bersiap untuk melanjutkan perjalanan ke tengah belantara Kalimantan. Welcome to the jungle! Is it really jungle? Bayangan-bayangan cerita teman-teman yang membekaliku dari Jakarta berkelebatan dalam kepalaku. Finally, I have to do it! Perjalanan kulalui dengan melewati beberapa pos penjagaan, kanan-kiri terdapat pohon-pohon dan semak belukar, dan bertemu dengan truk-truk besar yang penuh muatan. Negeri ini dianugerahi Tuhan dengan kekayaan yang sangat besar, namun mengapa banyak rakyat kelaparan? Kemiskinan menjerat rakyat dalam berbagai kesulitan hidup, kemana kekayaan negeri ini melayang? Untuk siapa? Kepalaku dihujani berbagai pertanyaan yang belum bisa kutemukan jawaban empiriknya, karena yang kutemukan jawaban yang masih berupa gosip jalanan.

Akhirnya aku sampai ditempat tujuan, tempat hidupku selama sebulan kedepan. Berbagai prosedur dan standar keselamatan telah dijelaskan secara singkat padaku. Welcome to the jungle! Namun kembali aku menemukan batasan dunia secara demografis semakin menipis, karena di tengah hutan ini aku tetap dapat berhubungan secara virtual dengan dunia luar, meskipun sekelilingku terdapat rimba raya dengan beraneka binatang yang dihidupinya. Negeri ini sangat kaya, bagaimana dengan rakyatnya? Aku akan mencari jawaban empirisnya!

Written by SintesaFiles, 26 April 2008

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terimakasih Ramadhan

Terimakasih Bapak, Terimakasih Ibu

Refleksi Tragedi IPDN (Lagi........!!!)