Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2007

Perang Tarif Antar Operator Seluler: Perjalanan Menuju Kematian?

Oleh: Anik S Handayani Telekomunikasi telah menjadi candu bagi masyarakat luas. Perkembangan globalisasi dunia mampu menipiskan bahkan meniadakan jarak geografis melalui media komunikasi virtual. Setiap manusia memerlukan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tak mengherankan jika bisnis telekomunikasi berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir ini. Kondisi geografis Indonesia mendukung industri seluler berkembang pesat dalam menjawab kebutuhan masyarakat akan komunikasi. Perkembangan teknologi informasi mampu menggeser media komunikasi dari kebutuhan sekunder atau tersier menjadi kebutuhan primer. Lihat saja, jika dulu telepon seluler (ponsel) menjadi barang mewah konsumsi kelas menengah keatas, sekarang hampir seluruh elemen kelas masyarakat telah memiliki ponsel sebagai bagian dari kebutuhan dan gaya hidup. Tak peduli seorang pejabat negara, pengusaha, mahasiswa, pelajar hingga tukang sayur keliling hampir dapat dipastikan merupakan pengguna ponsel. Meski sama-sama m

Terimakasih Bapak, Terimakasih Ibu

Ramadhan masih berada ditengah perjalanan, sepuluh hari pertama telah terlampaui, begitu cepat waktu berlalu meninggalkanku. Kenapa waktu berlalu? Apakah waktu itu ada ataukah sekedar hitung-hitungan matematis hasil indoktrinasi yang kita terima sejak masih kecil? Ah, aku sedang tak mau berpikir tentang hal itu. Yang jelas pagi tadi, aku melihat lelaki itu berjalan menyusuri jalan utama kota ini. Mengenakan kaos kuning yang telah lusuh dan celana panjang hitam yang tak rapi. Aku menebak lelaki itu berusia empat puluhan tahun, entah benar atau tidak atau mungkin lebih muda dari itu. Lagi….lagi… berbicara tentang umur berarti berbicara tentang dimensi waktu, siapa yang membuat satuan waktu detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun? Semua itu rekayasa! Kembali tentang lelaki itu, berjalan sedikit cepat melintas dihadapanku. Dibahunya terdapat pikulan penyeimbang dengan beban di kiri-kanan, berjalan melintas ditengah deru kendaraan lalu lalang yang semakin padat dan menyesakkan. Dua

Kisah Perempuan Tak Bernama

Seorang anak manusia tak pernah meminta untuk dilahirkan, apalagi pengajuan proposal mengenai ras, garis muka, warna kulit ataupun jenis rambut, semuanya telah diberikan begitu agung oleh Yang Maha Kuasa. Setelah anak itu lahir, kemudian yang beruntung akan tumbuh dan berkembang dalam balutan kasih sayang ataupun yang termarjinalkan karena ketidakberdayaan orang tua dan orang-orang sekitarnya. Sebagian meyakini itu sebagai garis nasib yang harus dijalani sang anak dalam berproses. Hasil akhir proses itu? Wallahuallam! Bertahun-tahun yang lalu, seorang anak manusia lahir, disebuah desa dibelahan pantura, Pantai Utara Jawa. Diantara tanah kering yang memerah dan tandus. Diantara desau anyir angin laut. Diantara gesekan daun-daun karet yang berjajar rapi di Kerkhoff. Diantara jejeran nisan kumpeni yang meninggalkan jejak kemegahan masa lalu. Tonggak kehidupan hedonisme telah terpancang kuat. Terlahir dalam jerat kemiskinan, tak pernah sekalipun diharapkannya. "Namun, hidup mesti teru