Berita dari Bontang (2)

Seminggu pertama dalam hutan ini telah terlewati, hidup di belantara Kalimantan dengan berbagai fasilitas yang tersedia untuk meredam segala kepenatan dan kebosanan. Dua hari pertama, aku tinggal sendiri dalam rumah yang diperuntukkan bagi staf perempuan, ternyata aku datang pada saat yang kurang tepat karena setiap akhir pekan mereka turun ke kota, pulang ke tempat sanak saudara atau sahabat di daerah sekitar Bontang dan Samarinda. Alhasil, jadilah aku penghuni satu-satunya di rumah kayu itu. Untung ada laptop dan ponsel, yang menyelamatkanku dari rasa sepi. Urusan tagihan telpon bulan depan yang pasti akan melonjak tak kupikirkan dulu sekarang ini. Gedebak-gedebuk suara monyet yang berlarian diatap rumah menemani sepiku.

Berbagai fasilitas yang disediakan bagi seluruh penghuni kompleks ini terbilang lumayan, ada kantin yang menyediakan makan-minum dari breakfast, lunch hingga dinner, lapangan bulutangkis, fasilitas fitness, hingga jaringan wi-fi yang sayangnnya aku gak bisa akses karena dihadang oleh proxy, terpaksa memaksimalkan fungsi ponsel meski harus siap-siap tekor dalam tagihan bulan depan (hahahaha….jadi inget waktu perjalanan Jawa-Bali akhir tahun lalu). Rumah yang disediakan berdinding kayu yang dicat warna hijau muda, berbeda dengan rumah-rumah lain yang berwarna coklat kayu yang terlihat lebih eksotik. Ada lima kamar dengan masing-masing kamar tersedia fasilitas tidur bagi dua orang. Jaringan televisi berlangganan juga hadir meski cuma ada dua channel diluar televisi nasional yang bisa diakses. Ehm….ada satu lagi yang keren, makhluk bernama biawak yang gedhe banget ada di kolong rumah ini. Pernah satu sore, sepulang dari office, sang biawak lagi santai didekat tangga rumah, kemudian berjalan perlahan seperti komodo meninggalkan tangga itu begitu melihat kami turun dari bis karyawan. Hmm….jadi inget waktu rafting di Citarik, pas diceburin dan terpaksa harus berenang didekat biawak yang kurasakan saat itu sudah termasuk gedhe, eh sekarang itu mah lewat……

Jauh disini, aku begitu merasakan arti hadirnya orang-orang yang menyayangi dan kusayangi…… (maafkan bila aku sering berlarut dalam kecuekan-ku). Meski disini aku juga menemukan teman-teman baru yang baik dan sangat membantuku dalam pengumpulan data untuk menyelesaikan tesisku. Bertemu berbagai orang dengan kultur yang berbeda, kembali membawaku dalam penyesuaian, bagaimana dengan Mars yang lagi berjalan di bumi Italiano sana ya? Yang pasti, aku ingin segera pengambilan data ini selesai, kembali pulang ke Jogja. Memberikan pelukan rindu bagi orang-orang terkasih.

Dalam sekali perjalanan ke desa yang berada di lingkar tambang, kembali kutemukan bahwa masyarakat sangat sensitif dengan berbagai isu. Konflik kepentingan antar kelompok dalam masyarakat ternyata juga menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Kemiskinan itu terlihat nyata, rumah kayu, penghasilan tak tentu, aku terperangah ketika mereka dapat bertahan hidup dengan penghasilan 300rb sebulan untuk sekeluarga. Padahal biaya hidup di daerah ini jauh lebih mahal dibandingkan Jawa?!?

Saat itu hari menjelang malam, ketika sebuah sms masuk ke ponselku, sebuah berita duka, seorang teman berpulang padaNya. Semua menjadi misteri Allah, ketika usia pengembaraan didunia dinyatakan telah usai. Masih kuingat raut wajah temanku itu, saat kita akan melakukan perjalanan bersama ke Legundi, sebuah desa kering di selatan Jogja. Sudahlah!

Satu lagi momen istimewa kulewati ditengah belantara ini, pertama kali kurasakan melewati momen ini jauh dari siapapun orang-orang terdekatku. Menjadi sebuah perenungan……..aku tak mau hidup yang jauh dari orang-orang tersayang.

Komentar

siwi mars mengatakan…
kyaa...hayo baru kerasa hidup jauh dari orang-orang tersayang ya...
aku masih terus menyelami kehidupan baru di bumi italiano.
I'm fine..but can't wait to go home soon hehe..
c.u in jogja tercinta

Postingan populer dari blog ini

Terimakasih Bapak, Terimakasih Ibu

Cerita Tentang Paku dan Kayu

Terimakasih Ramadhan