KOPITARIUS

Aku adalah orang yang keras hati, tapi tak semua orang mau mengerti! Itulah bukti keegoisan hatiku! Satu hal yang sering kurenungkan dalam hati, bahwa ternyata tak semua orang berpikiran sama denganku. Inilah individual differences! Sulit belajar memaklumi keterbatasan orang lain sekaligus menyadari kekurangan diri sendiri. Apakah selama ini aku masih terlalu berkutat dengan keakuan-ku? Kalau aku disebut orang yang keras hati, mungkin benar demikian adanya, setidaknya bagi sebagian orang yang berada dilingkungan dekatku kurasa akan mengangguk setuju. Sulit meluluhkan hatiku tanpa melalui adu kekuatan argumentasi. Hingga tadi pagi, ada dua orang itu mengungkapkan kalimat yang sama padaku, “Kamu harus meninggalkannya! Kamu harus menjauhinya!”

Gubrak!!! Dunia serasa berhenti berputar membawa detik berhenti, langit terasa semakin dekat diatas kepalaku, perlahan namun pasti akan runtuh dan menguburku dalam puing-puing retak sebagai arwah penasaran yang akan menggerayangi mimpi-mimpi malam mereka. Bayangan salah satu serial televisi tentang pemburu hantu dan arwah penasaran beredar dipelupuk mataku. Masak sih, aku harus seperti itu? Rugi amat! Hidup terlalu singkat untuk lebih dipersingkat. Tapi, ultimatum itu kembali berdengung memenuhi gendang telingaku.

Selama ini rasanya tak ada pasangan yang memiliki kesetiaan seperti aku dan dia. Terlahir dalam naungan rasi bintang Taurus memberiku sugesti kesetiaan dan kekerasan hati yang selama ini telah kulakoni. Ketika ultimatum Bapak laksana sabda pandhita ratu, aku harus meninggalkannya! Ups…tunggu dulu, aku telah belasan tahun bersamanya menikmati pahit getirnya hidup. Suka duka yang telah kami lalui bersama, tak semudah itu dihapus begitu saja dengan kalimat perintah itu. Gelora rasa itu telah menggelayut kedalam sukmaku, mengaliri aliran darahku hingga menghidupi detak nadiku. Aku tak ingin tercerabut dari sisinya. Pun aku tak sudi melepaskan dirinya. Aku telah terbiasa bersanding dengannya, menemani malam-malamku yang panjang hingga pagi menjelang. Membukakan mataku saat hari baru datang. Dia telah menjadi sumber inspirasiku. Pencerahan bagi jiwaku yang kadang layu. Dalam gembira maupun sedihku, dia tetap setia disampingku.

Reading is the most dangerous game. Buku itu ibarat primbon bagi sebagian orang yang membacanya. Sedikit menyesal, mengapa kupilih buku itu sebagai hadiah ulang tahun Bapak kemarin. Aku kena getahnya, karena tulisan dalam buku itulah yang menghipnotis Bapak hingga akhirnya mengeluarkan ultimatum itu. Buku itu telah menjadi dasar acuan teoritik Bapak dalam argumennya. Kata-kata yang tertulis didalamnya ibarat ramuan mujarab yang diyakini khasiatnya. Hasil rekayasa sang Profesor Adamo yang telah menjadi panutan jutaan orang didunia itu! Hingga primbon itu juga menyatakan jika aku dan dia bukanlah pasangan sejati! Bahkan disebutkan bahwa jika ditilik dari segi genetika, golongan darah warisan pemburu purba yang kumiliki sama sekali tidak memiliki kecocokan dengannya. Ketidaksesuaian genetika itu akan menghancurkanmu, karena dia ibarat racun yang akan menggerogoti jiwamu juga tubuhmu. Jangan kamu paksakan! Kamu tak bisa bersanding dengannya.

Bapak memperoleh dukungan! Pagi tadi, kami bertemu Dokter Yahya, dokter tua yang menjadi langganan konsultasi Bapak setiap bulannya. Bodohnya, aku menuruti kehendak Bapak menemui dokter itu tadi pagi. Pertemuan itu menjadi konspirasi yang menghasilkan ultimatum lebih kuat, aku harus meninggalkannya. Kenapa kekuatan rasi bintang yang selama ini menaungiku seakan-akan berpaling, dan pergi meninggalkanku begitu saja. Aku hanya bisa terdiam dihadapan mereka, meski dalam hati aku berontak, tak sudi memenuhi keinginan mereka, tapi lidahku kelu untuk menyampaikan maksud hatiku.

Terus aku harus bagaimana? Eksistensiku sebagai orang yang angkuh menjadi terganggu. Selama ini aku begitu damai bersamanya hingga seminggu yang lalu, aku pingsan dalam perjalanan pulang seusai mengikuti sebuah acara seminar. Kubilang bahwa saat itu aku hanya kelelahan, namun Bapak tetap memintaku melakukan medical check up. Aku mengikuti kemauan Bapak hanya sekedar untuk menenangkan hatinya. Namun, hasil medical check up itulah yang menjadi titik tolak keyakinan Bapak untuk memisahkan aku dengannya. Namun, perasaanku mengatakan aku belum mampu menghilangkannya dari sisiku. Berpisah darinya seakan-akan membawaku berada dititik nadir kehidupan. Merayap dalam gelap. Berenang dalam samudera tanpa batas hingga akhirnya tenggelam. Lenyap.

Tidak! Hanya aku yang berhak menentukan kompromi atas diriku, karena aku adalah tuan bagi diriku sendiri. Perintah itu kuanggap bukan sebagai titah yang harus kupenuhi, meskipun ku tahu semua itu mereka lakukan karena cintanya padaku. Tapi aku juga punya cinta, meski tak pernah sekalipun mereka bertanya. Mereka juga berperilaku egois terhadapku. Jangan kalian jauhkan aku darinya! Berikan padaku waktu untuk mencecapkan rasa cintaku padanya. Menghirup aroma wanginya dan menikmati pahit manisnya rasa. Aku tak bisa meninggalkannya. Setidaknya hingga saat ini, aku belum bisa untuk tidak bersamanya. Secangkir kopi selalu menemaniku dalam menyelami pencarian inspirasi. Bubuk hitam itu memang telah menghipnotisku. Sikap bunglon-nya mampu menghapus kerinduanku, kadang dia bisa bergaya maskulin ala espresso atau bergaya feminin ala cappucinno, dalam balutan aroma Robusta maupun Arabica dengan racikan Toraja, Aceh, Amerika maupun Italia, semuanya mampu membawa rasaku terbang. Memenuhi janji-janji menjemput inspirasi yang masih terbang melayang maupun yang masih jauh terpendam.

Rasi bintangku pun telah berubah, aku bukan lagi seorang Taurus dan aku tak peduli dengan ahli astronomi yang telah mengumumkan adanya rasi bintang baru apapun itu, karena aku telah terlahir kembali dalam naungan rasi bintangku sendiri, Kopitarius. Sebagai pencinta sejati kopi maka wajarlah jika aku betah berlama-lama menghirup aroma wanginya, hingga kemudian cairan hitam itu mengaliri rangkaian pencernaanku. Maafkan anakmu ini, Bapak….. Maafkan aku ya, Dok….

Written by SintesaFiles 2008

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terimakasih Bapak, Terimakasih Ibu

Cerita Tentang Paku dan Kayu

Terimakasih Ramadhan