Episode Taufik Savalas

In Memoriam Taufik Savalas

Pagi baru saja menepi, ketika aku membuka mata dan kudapati berita di layar TV. Innalillahi wa’innaillaihi roji’un, semua yang dariNya akan kembali padaNya. Jika Dia sudah berkehendak, tak ada yang bisa melawanNya. Dimanapun kita berada, kekayaan atau kemiskinan, kepandaian atau kebodohan, kebaikan atau kejahatan seseorang, sudah tak berarti, sudah tak ada nyali jika berhadapan dengan kuasaNya. Seperti rejeki, maut juga datang melalui jalan yang tak pernah disangka. Berita berpulangnya sang komedian, Taufik Savalas, mungkin mengagetkan jutaan rakyat Indonesia yang pernah dihiburnya. Termasuk ibu-ku (dari cerita kakak-ku via telp tadi pagi), dengan sedih beliau bergumam, “Taufik meninggal…..”. “Mata beliau pun berkaca-kaca,” lanjut kakakku. Bisa kubayangkan kesedihan beliau seperti apa, meski tidak pernah mengenal atau bertemu secara langsung, tapi canda tawa dan tingkah polah yang tersaji melalui layar televise sering menemani hari-hari ibuku dan membuat beliau tersenyum bahkan tertawa ceria. Kini semuanya telah tiada, sang comedian yang penuh kesederhanaan itu telah berpulang kepangkuan Rahmatullah. Ibuku berduka seperti jutaan hati rakyat negeri ini yang kehilangan sosok penghibur sejati. Selamat jalan, Taufik Savalas……

Komentar

Luna mengatakan…
dear sintesa,

'kepergian' mendadak,
seringkali menoreh luka

tak sempat 'ungkapkan rasa'
tak sempat 'tebarkan kasih'
tak sempat 'memohon maaf'

tinggalkan 'rasa bersalah'

tapi sekaligus,
membangun 'pilar-pilar kokoh'
menancapkan 'tonggak tahan gelombang'
membentuk kristal bening anti pecah

menawarkan 'uluran kasih untuk semua'

Postingan populer dari blog ini

Terimakasih Bapak, Terimakasih Ibu

Cerita Tentang Paku dan Kayu

Terimakasih Ramadhan